Bagaimana Menggapai Keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah? Tahun-tahun Berlalu Namun Pertengkaran Kerap Terjadi
Jumat, 20 Januari 2017
Edit
Foto : hipwee
“Sulitkah menjadi seorang suami sholeh/seorang istri sholehah ketika ridho Allah yang dituju ? …”
Muqodimah
Pernikahan adalah akad atau ikatan antara seorang laki-laki & perempuan untuk membangun rumah tangga sebagai suami istri sesuai dengan ketentuan Syariah.
“Maka kawinilah olehmu wanita-wanita(lain) yang kamu senangi dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan berlaku adil maka (kawinilah) seorang saja.”(TQS an-Nisa[4]:3).
“Hendaklah kamu mengawinkan orang-orang sendirian diantaramu & orang-orang shalih diantara hamba-hambamu laki-laki & perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kekayaan kepada mereka dengan karuniaNya. Allah Maha Luas (karunia Nya) lagi Maha Mengetahui.” (TQS. An-Nur[24]:32).
Rasulullah Saw. Bersabda : ”Demi Allah, sesungguhnya aku orang yang paling takut diantara kamu kapada Allah, & aku orang yang paling takwa diantara kamu kepada Allah, tetapi aku berpuasa & aku berbuka, aku shalat dengan bangun dimalam hari & aku menikahi perempuan. Maka barang siapa membenci Sunnahku bukanlah ia termasuk umatku.”(HR. Bukhari & Muslim).
“Tiga orang yang berhak ditolong Allah, mukatib (budak yang membebaskan diri dari tuannya), yang mau melunasi pembayarannya, & orang yang menikah karena hendak menjauhkan diri dari perkara haram.”(HR. Turmudzi).
Rumah sudah seharusnya menjadi sebuah labuhan ketenangan, yang meniupkan aroma ketentraman & kedamaian pada setiap penghuninya. Sehingga hati pun terpaut & rindu ingin segera kembali padanya. Agar rumah menjadi sarana membina keharmonisan jadikanlah keluarga sebagai ahli sujud, ahli taat, gemar berzikir, & keluarga yang selalu ingin mengutuhkan hidup di dunia, terutama mengutuhkan kemuliaan dihadapan Allah Ta’ala kelak di Surga.
Rumah juga sebagai sarana mendapatkan & berbagi ilmu, sebagai ladang da’wah, saling memuhasabahi, saling mengkoreksi & introspeksi. Tiada kata menyerah dalam mengarungi biduk rumah tangga, ikrar yang sudah diucapkan hendaknya betul-betul dipahami & diamalkan. Insya Allah perjuangan untuk membina keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah yang menjadi pondasi kekuatan menuju ridho Allah, akan terwujud. Semoga akan terlahir generasi terbaik, generasi rabbani dari rumah-rumah kaum muslimin.
A. KUNCI KELUARGA SAMARA (SAKINAH, MAWADDAH, WA RAHMAH)
Setiap keluarga muslim tentu mendambakan terwujudnya keluarga samara yang penuh limpahan kasih sayang, perhatian, kepedulian & pengertian yang tinggi satu sama lain. Saling mendukung dalam menjalani seluruh aktifitas sesuai dengan koridornya, memahami benar hak & kewajiban yang selalu terikat hukum Syara.
Pondasi yang kuat berasal dari kebesaran hati untuk menerima secara utuh dan menjadikan pasangan sebagai belahan jiwa yaitu sahabat sejati. Merasakan ketenangan dan ketentraman luarbiasa ketika berada dekat dengan pasangan, sekaligus memiliki kepercayaan besar ketika berjauhan. Memahami dan mengamalkan dasar pernikahan, yaitu hak & kewajiban suami istri, & ibadah dalam rangka takwa kepada Allah. Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Ingat selalu tujuan dari pernikahan tidak lain hanya untuk mencari ridho Allah.
Namun acap kali pasangan yang kurang menghargai pasangannya, kelebihan & kekurangannya, akan sulit menerima pasangannya sebagai sahabat sejati berbagi suka & duka, bahkan sudah pada taraf tidak bisa lagi memposisikan diri sebagai seorang istri maupun suami karena merasa tidak pernah didengar, diperhatikan dan dihargai. apalagi menikmati kehidupan rumahtangga yang Subhanallah seharusnya bahagia, indah, nyaman, penuh canda gelak tawa & kompak meski badai ujian menggempur berulang kali.
Hal-hal yang harus dilakukan demi suksesnya pernikahan :
1. Mengetahui apa yang disukai suami
Istri yang sholehah adalah istri yang selalu memenuhi permintaan suami. Maka istri harus pandai memahami karakter & sifat suami. Dengan penuh perasaan mencintai & menyayangi suami, seorang istri yang sholehah bersegera melakukan hal-hal yang menyenangkan suaminya sebelum diminta. Selalu menjaga diri dihadapan suami, agar selalu terlihat segar & menarik, dengan menjaga kebersihan & kecantikan yang alami.
Seorang istri jangan pernah menuntut tetapi katakanlah keinginan dengan arif selama hal tersebut sesuai dengan hukum Syara. kepatuhan seorang istri adalah dambaan setiap suami. Istri harus lebih mengalah. Ini tidak berarti seorang istri menghapus kepribadian secara total, sebab dalam memahami kesukaan suami dibutuhkan kemandirian dalam pemikiran, keunikan dalam hal-hal yang khusus bagi istri & kepribadian yang istimewa dalam wilayah kekuasaan istri. Sisi kekanak-kanakan tetap dijaga jangan sampai hilang, karena istri bisa menciptakan kreatifitas tinggi, selama suami menyukainya, sekaligus berpikir & bertindak matang & dewasa. Tidak perlu malu apalagi sungkan, ekpresikan diri, karena itu disinilah letak komunikasi sangat berfungsi. Ucapkanlah kalimat yang santun, jangan pernah menghina dengan gurauan yang tidak pantas bahkan sampai menyinggung suami.
Adakalanya komunikasi tidak berfungsi/berjalan sebagaimana mestinya, tersendat-sendat bahkan tidak berkualitas/tidak berbobot karena cara pandang yang berbeda & bermuara pada mafhum Islam yang kurang bisa diserap & diamalkan dengan baik. Apalagi ketika istri mengawali komunikasi dalam menyampaikan masalah dengan keluhan secara terus menerus.
Seorang istri harus bisa mengikuti atau setidaknya menghargai cara pandang/cara berpikir suami. Wajib untuk selalu diingat, jangan pernah menyakiti suami dengan melontarkan kalimat bernada kecaman, merendahkan harga diri apalagi ancaman yang membuat suami menjadi kehilangan wibawanya sebagai seorang kepala rumah tangga.
Seorang istri juga harus menyadari kekurangan & segera memperbaikinya, jangan malah bersikukuh & bersikap egois membela diri mati-matian, merasa tidak punya kelemahan tatkala suami menyampaikan koreksi dengan ma’ruf. Jangan merasa terhina, marah apalagi gengsi untuk mengakuinya. Segeralah berterimakasih, karena ini artinya suami sangat sayang, perduli & memperhatikan istri. Jika seorang istri enggan dikoreksi maka dari sini mulai timbul ketidaksukaan suami yang mungkin bisa menimbulkan akibat fatal.
Dengan patuh secara total pada suami selama sesuai dengan hukum Syara, kian teguh seorang istri menerapkan nasehat ini, kian kukuh istri menggenggam hati suami & kian dalam kebahagiaan yang dirasakan. Jika telah memiliki keturunan, rawat & didiklah mereka dengan penuh perhatian, kasih sayang & sungguh-sungguh menanamkan rasa cinta pada Allah SWT. & Rasulullah Saw. Sekaligus menanamkan rasa cinta, sayang, hormat & menghargai ayah mereka sebagai Qowwam dengan penuh kesadaran & kepada kaum mulimin secara keseluruhan.
Rasulullah Saw. Bersabda : “Setelah ketakwaan, tidak ada sesuatu yang lebih baik bagi seorang laki-laki daripada istri sholehah. Jika dia melihat istrinya, istrinya itu menyenangkannya; jika dia menyuruh, istrinya itu mematuhinya; jika dia memberi, istrinya itu berterimakasih; & jika dia pergi, istrinya itu menjaga diri & hartanya.”
Mari bertanya pada diri sendiri dengan jawaban sejujur-jujurnya, sudahkah amalan & amanah ini dilakukankan dengan sungguh-sungguh wahai para istri? Atau malah sebaliknya, tidak pernah menyadari & mengamalkan peranan & posisi sebagai istri sholehah? Sudahkah memperbaiki diri atau malah sibuk mencari pembenaran bukan kebenaran? Semoga ukhtifillah termasuk istri sholehah. Amiin.
2. Mengetahui apa yang disukai istri
Allah SWT. telah mengistimewakan suami dengan kemampuan mendahulukan rasio daripada emosi, agar kehidupan rumah tangga berjalan dengan baik dan seimbang. Suami juga sudah seharusnya mengetahui apa yang disukai istri, agar lebih mudah bergaul dengannya. Banyak suami akibat ketidakpekaan & ketidakpeduliannya, memasuki jenjang pernikahan tanpa mengetahui cara bergaul dengan istrinya, makhluk ciptaan Allah. yang dengan segala kemandiriannya, adalah makhluk yang lemah, lembut & sentimental.
Rasulullah Saw. Bersabda : ”Wahai suami, lembutlah terhadap istri.” (HR Bukhari & Muslim).
Maka suami dengan penuh kasih sayang & cinta harus dapat bersikap & berkata lembut pada istri. Pepatah mengatakan men are from Mars, women are from Venus. Perbedaan yang sudah dari fitrahnya ini adalah sesuatu yang unik & tidak bisa diubah. Seperti dua mata koin yang berbeda tapi tetap dalam satu kesatuan yang harus diselaraskan.
Libatkan istri dalam diskusi-diskusi untuk mencari solusi atau pencerahan. Jangan mendiamkannya seolah-olah istri adalah makhluk asing. Ajaklah istri turut serta berperan & bertukar pikiran dalam segala hal yang menyangkut urusan rumah tangga. Dengan hal ini, istri akan mendapatkan kebahagiaan yang nyata karena merasa dihargai oleh suami. Meskipun pendapatnya tidak selalu bisa diambil, karena walau bagaimanapun keputusan yang diambil mutlak ada pada kekuasaan suami secara penuh.
Salah satu kiat istri merasa dicintai & diperhatikan adalah memberi kejutan-kejutan kecil yang menyenangkan. Dapat juga hal-hal kecil yang dilakukan suami sebagai tanda sayang. Atau berupa sentuhan fisik, seperti membelai & memeluk dengan penuh kehangatan disertai kecupan ringan. Bisa juga dengan sekedar melontarkan pujian dengan nada mesra.
Suami harus memiliki sikap arif, cekatan namun tetap tegas untuk menjalankan biduk rumah tangga kearah yang disukainya. Seorang suami harus mampu membimbing & mengarahkan istri menjadi ummu warobatul bait yang benar-benar patuh, sangat menghargai & menghormati keputusan apapun yang diambil suami.
“& diantara tanda-tanda kebesaran Nya adalah Dia menciptakan pasangan dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung & merasa tentram kepadanya & Dia menjadikan diantaramu mawaddah & rahmah. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda {Kebesaran Allah} bagi kaum yang berpikir.”(TQS. Ar-Rum:21).
“Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain kecuali mereka yang bertakwa.”(TQS. Az-Zuhruf:67).
Mari bertanya pada diri sendiri pula dengan jawaban sejujur-jujurnya, sudahkah amalan & amanah ini dilakukan secara sungguh-sungguh & total wahai para suami? Ketika merasa telah berupaya keras namun istri tidaklah seperti yang diharapkan, teruslah berikhtiar untuk meluruskannya & ambilah solusi yang dihalalkan oleh Islam. Semoga akhifillah adalah suami yang sholeh. Amiin.
Terciptanya suasana hangat & romantis, tentunya dalam perspektif berbeda disetiap rumah tangga, akan menimbulkan kebahagiaan yang benar-benar dirasakan oleh pasangan suami & istri.
B . AYAT-AYAT CINTA
Allah SWT. menyerahkan kepemimpinan ke tangan suami sekaligus menjadikannya sebagai pembimbing istri jika melakukan penyimpangan.
“Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka(laki-laki) atas sebagian yang lain(wanita), & karena mereka(laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang sholehah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara(mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka & pukulah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi & Maha Besar.”(an-Nisaa:34).
Suami hendaknya menjadi lelaki yang tegas dalam prinsip, tetapi tetap bersikap lembut perilakunya pada istrinya. Bersedia menerima keluhan istri & menanggapinya dengan sikap yang sejuk & menentramkan.
“& bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah). Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”(TQS. an-Nisaa:19).
“Berwasiatlah kamu dengan cara yang baik kepada wanita sebab mereka dijadikan dari tulang rusuk yang bengkok. & sesungguhnya bagian yang paling bengkok didalam tulang rusuk itu ialah bagian paling atasnya. Jika anda hendak meluruskannya secara keras & memaksa niscaya engkau akan patahkan dia, & jika anda membiarkan dia demikian(dalam keadaan bengkok) ia akan senantiasa tetap bengkok. Maka berwasiatlah kamu dengan baik kepada wanita.”(HR. Ibnu Majah).
Istri dituntut untuk selalu siap melaksanakan setiap permintaan suami yang sesuai hukum Syara. Siap melayani suami dengan penuh keikhlasan & kesabaran. Menyambut suami dengan penuh sukacita setiap kali bertemu muka. Permasalahan apapun yang tengah dihadapi, seorang istri harus tetap menunjukkan ekpresi & reaksi yang baik, santun & lembut. Peran istri terhadap (proses pendidikan terhadap anak, kelak jika sudah memiliki putra & putri) pelayanan pada suami akan mengangkat mereka ke jenjang yang paling tinggi, disamping juga akan menempatkannya di barisan kaum wanita yang agung. Pekerjaan mereka seperti ini setara dengan jihad kaum lelaki di medan perang & shalat Jum’at di mesjid. Didiklah anak-anak untuk bersikap santun & pandai menempatkan diri dimanapun mereka berada, menjaga perkataan, sikap & perbuatan sesuai hukum Syara.
Jangan pernah membuka & menceritakan aib atau rahasia suami apalagi sampai berulang kali terhadap siapapun yang tidak bisa menjaga amanah & tidak mampu memberikan solusi Islam, karena sangat bisa jadi ketika seorang istri menceritakan aib atau rahasia suami & suami mengetahuinya, maka hal ini akan mengakibatkan kemarahan & kekecewaan sekaligus kesedihan mendalam, selain suami merasa sangat rendah diri & tidak dihargai, juga membuat suami tidak betah lagi menghabiskan waktu berdua dengan istrinya. Rumah hanya akan menjadi sekedar tempat suami singgah & bernaung saja, tidak lebih dari itu. Apalagi jika aib atau rahasia suami tersebar luas & menimbulkan fitnah & ghibah. Na’udzubillah mindzaliik…
Begitu pula dengan suami, hendaknya menjaga diri untuk tidak menghina & menceritakan keburukan istrinya kecuali hanya untuk mencari solusi pada orang yang dianggap tepat & bertanggungjawab yang memiliki mafhum Islam yang kuat untuk mencari solusi sesuai Syariah.
Banyak pasangan yang tidak benar-benar mengenal pasangannya. Tidak memahami apa yang ada dibenaknya, keinginan-keinginannya dan harapan-harapannya dalam berumahtangga. Kehidupan berumahtangga terasa hambar dan sangat tidak menyenangkan karena tidak sesuai dengan yang dicita-citakan sejak awal karena tidak terjalin keselarasan yang harmonis. Tidak adanya koneksitas satu sama lain adalah salah satu penyebab yang sangat fatal dan berbahaya bagi kebahagiaan pasangan suami dan istri.
Beberapa contoh yang harus dihindari agar tidak terjadi konflik berkepanjangan dalam kehidupan berumahtangga :
1. Tidak mampu mengendalikan diri dengan baik. Mudah terpancing emosi. Melontarkan kalimat yang tidak perlu bahkan menyakitkan. Tidak melihat sikon ketika ingin menyampaikan masalah.
2. Egois. Mau menang sendiri, Bersikukuh tanpa mau mendengar pasangan, enggan dikoreksi, selalu mencari pembenaran bukan kebenaran. Ketika menyadari kesalahan ada pada dirinya tetapi tidak mau mengakui apalagi meminta maaf. Merasa harga diri diatas segalanya, karena itu jika harus mengaku salah berarti mengaku kalah.
3. Terlalu diam dan mengalah tanpa memberi keterangan dan penjelasan dengan hujjah/alasan yang kuat.
4. Kaku, pasif & tidak menyenangkan. Bersikap kasar, tidak sopan, tidak pandai menempatkan diri. Bersikap egosentris. Ketika melakukan kesalahan langsung meminta maaf tapi terus mengulangi kesalahan yang sama.
5. Suami tidak mampu menjadi Qowwam. Suami bersikap kasar & arogan, enggan bersikap arif & lembut. Atau sebaliknya, terlalu lembut tetapi tidak dapat bersikap tegas terhadap istri jika istri melakukan penyimpangan. Tidak pernah memberi hukuman pada istri jika istri terus menerus melakukan kesalahan yang disengaja.
6. Istri lebih dominan & powerfull hingga tidak menyadari posisinya sebagai seorang istri. Atau istri yang terus mengeluh dan menuntut, tidak mampu menciptakan suasana nyaman & tentram bagi suami. Berani meninggalkan rumah tanpa seijin suami. Mempermalukan suami didepan orang lain. Menceritakan rahasia rumahtangga pada orang yang tidak mampu memberikan solusi tapi justru memperkeruh masalah.
7. Terlibat percekcokan sengit yang mengarah pada perpecahan rumahtangga.
8. Pergi meninggalkan rumah bukan untuk mencari solusi ketika masalah dalam rumahtangga belum terselesaikan, karena tidak tahan dengan sikap pasangan.
9. Selalu berburuk sangka terhadap pasangan, tidak memiliki kepercayaan samasekali. Mencari-cari kesalahan & kelemahan pasangan. Mengungkit aib pasangan setiap kali ada permasalahan apapun yang muncul.
10. Terjadinya perselingkuhan karena ketidakpuasan pada pasangannya. Menyalahkan pelaku perselingkuhan tanpa mengkoreksi diri sendiri mengapa hal itu terjadi & pelaku perselingkuhanpun tidak mengkoreksi diri ketika hal ini terjadi, apalagi jika perselingkuhan terus berlanjut berulang kali.
10 Kiat agar irama & aroma ayat-ayat cinta tetap terjaga dengan harmonis :
1. Menanamkan, memupuk, menjaga dan merawat cinta hakiki hanya bagi Allah SWT. dan Rasulullah Saw. Menyayangi & mencintai pasangan hanya karena Allah SWT. dengan selalu mengingat bahawa pasangan bukanlah milik kita, tetapi milik Sang Kholik.
2. Komunikasi yang telah terjalin dengan baik tetap terus dipelihara. Selalu luangkan waktu untuk memaintance komunikasi dengan pasangan, untuk menjaga agar tidak terjadi misscomunication. Apabila ada masalah bisa tersolusikan dengan cepat tanggap. Benar-benar terbuka, terus terang & jujur pada pasangan tentang hal apapun. Menghargai dan menghormati sekaligus menyayangi & mencintai pasangan dengan setulus hati. Jangan pernah sekalipun menimpakan kesalahan pada pasangan apalagi membebaninya dengan memintanya memikul beban itu sendiri. Terus memupuk kepercayaan & saling mendukung satu sama lain. Kebahagiaan pasangan adalah kebahagiaan diri juga.
Tatkala komunikasi terasa hambar & kaku, tidak ada kata terlambat, coba saling membuka diri, memahami sedikit demi sedikit apa yang ingin disampaikan pasangan. Lepaskan ketegangan dengan selalu berpikir positif terhadap pasangan. Dengarkan ucapan & jangan saling menyela pembicaraan. Komunikasi yang terjalin harus selalu dua arah. Ingat selalu bahwa pasangan seharusnya adalah orang terdekat dengan diri. Saling menerima kekurangan & kelebihan pasangan sambil terus beramar ma’ruf nahi munkar. Perbedaan karakter diselaraskan agar tercipta kecocokan & keharmonisan.
3. Makan malam romantis dengan menu istimewa yang sesuai selera dirumah (matikan lampu dan terangi dengan lilin, hiasi meja dengan bunga). Luapkan rasa sayang & cinta terhadap pasangan dengan penuh kelembutan & kemesraan. Membuka diri apa adanya di hadapan pasangan. Dapat juga pasangan saling memberikan hadiah kecil (tidak harus berbarengan).
4. Terus menuntut ilmu, karena tanpa ilmu, manusia hanya berjalan dengan mata bukan dengan pemikiran, yang dia lihat dalam pandangannya, itulah faktanya. Padahal tidak selalu seperti itu bahkan bisa jadi sangat berbeda & terbalik. Jadi selain menambah ilmu, tsaqofah & diskusi, yang pasti meningkatkan amal ibadah. Jika memiliki banyak waktu luang, lakukan explore dalam beraktifitas yang bisa dilakukan berdua dengan hal-hal yang menyenangkan, dapat juga dengan melibatkan anak-anak. Dengan demikian, selain kedekatan dengan pasangan, juga akan menambah pengetahuan tentang diri sendiri yang sebelumnya mungkin tidak pernah diketahui & terekspresikan.
5. Peka terhadap pasangan dimanapun berada. Jangan pernah megacuhkan keberadaannya meski dalam posisi sulit sekalipun. Berikan perhatian padanya & berusaha semaksimal mungkin memberikan kenyamanan. Hilangkan kebiasaan “menarik diri & asyik sendiri” dari pasangan tatkala berada dilingkungan keluarga atau komunitasnya dengan melibatkan pasangan untuk ikut berinteraksi.
6. Keluarga pasangan adalah rumah kedua. Mereka adalah bagian dari keluarga. Jalin ukhuwah yang erat. Berusaha terus untuk fix, fit & kompak dengan keluarga. Jangan pantang menyerah, hingga akhirnya diri & mereka merasa nyaman.
7. Selalu mensyukuri setiap ni’mat, karunia, kasih sayang & ujian Allah SWT. dengan sabar & ikhlas.
8. Apabila terjadi benturan-benturan dalam rumah tangga, apalagi sampai pada titik perpecahan, bahkan perceraian telah diambang mata, ingat selalu tujuan utama pernikahan yaitu mencari ridho Allah SWT. Solusi yang diambil harus selalu berstandar pada halal dan haram. Menerima kenyataan dengan jiwa besar, kesabaran & keikhlasan termasuk yang paling pahit sekalipun. Tetap istiqomah & berjuang mempertahankan keutuhan rumahtangga.
9. Menanamkan dalam diri masing-masing pasangan untuk saling berbagi dengan seluruh kaum muslimin. Keluarga samara bukan hanya untuk kebahagiaan keluarga semata tapi lebih dari itu keluarga samara adalah keluarga yang siap berjuang & berkorban di jalan Allah SWT. secara moril & materil bahkan dengan darah & nyawa.
10. Sayangi & santuni anak yatim.
Khotimah
“Semoga apa yang diuraikan diatas dapat direnungi bagi semua pasangan yang berniat tulus & suci meraih ridho Allah. Subhanallah indahnya hidup berumah tangga. Selamat mengarungi warna warni pahit manisnya kehidupan. Uhibbukum fillah…”
Wallahu’alam
Penulis : Admin Akhwat Muslimah
Silakan Copy Artikel yang ada di sini, tapi cantumkan sumbernya http://akhwatmuslimahindonesia.blogspot.com/