Ketika Aku Memutuskan Menikah Dengan Laki-Laki Yang Kurang Agamanya
Rabu, 16 Desember 2015
Edit
Tanya: Saya ingin nasehat dari Syaikh. Sebentar lagi saya akan menikah dengan seorang lelaki yang tidak tekun beragama. Bagaimana cara saya menariknya agar tekun. Hal itu saya lakukan, karena saya ingin mendidik para calon pendakwah masa depan, para calon pengemban risalah, dan para calon penghafal Al-Qur’an. Terima kasih.
Jawaban:
Sesungguhnya hal terpenting yang harus diperhatikan seorang wanita terhadap calon suaminya ialah keshalehan dan keistiqamahannya. Karena, dengan keistiqamahan suaminya, akan diperoleh kebaikan yang besar. Namun, terkadang ada wanita yang bersemangat membuat suaminya shaleh, tetapi dia menempuh berbagai jalan yang keliru, sehingga malah meninggalkan akibat-akibat yang tidak baik dan sangat beresiko. Kalau begitu, wanita haruslah memiliki kebijakan dan kesabaran, serta bersenjatakan doa kepada Allah Ta’ala.
Untuk memperbaiki suami, terkadang diperlukan waktu yang lama sampai bertahun-tahun, dengan kerja terus menerus tanpa henti untuk memperbaikinya.
Istri harus memulai dari yang terpenting, lalu yang terpenting berikutnya, seperti shalat, barulah kewajiban-kewajiban lainnya. Oleh karena itu, jangan mendahulukan yang tidak wajib atas yang wajib.
Berdakwah kepada suami harus dilakukan secara bertahap.
Jangan bergabung dengan suami dalam melakukan maksiat apa pun. Berdakwah untuk memperbaiki suami, bukanlah alasan untuk melakukan maksiat seperti itu. Tetapi, dengan cara yang halus suruhlah suami memilih tidak melakukan maksiat. Karena bagaimanapun, maksiat adalah hal yang dimurkai Allah.
Gunakan waktu-waktu yang cocok, ketika suami dalam keadaan tenang, umpamanya, untuk menyampaikan nasehat atau bimbingan kepadanya.
Walaupun suami telah menerima seruan istrinya, ia tetap harus menjaga perasaan suami, jangan sampai dia merasa istrinya merendahkannya.
Istri harus senantiasa menjadi teladan yang baik bagi suaminya dalam melakukan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan.
Berupaya mengajak suami berteman dengan teman-teman yang shaleh, baik lewat keluarga ataupun teman-temanmu.
Terkadang baik juga meminta tolong kepada salah seorang kerabat untuk menasehati dan mengarahkan suami.
Syaikh Muhammad bin Abdullah Ad-Duwaisy (situs Al-Murabbi, karya beliau)
Dikutip dari buku Smart Solving Problem Rumah Tangga, edisi bahasa Indonesia “Kullu Musykilah Zaujiyyah Iaha Hall”, karya Nabil Ibnu Muhammad.
(fatima/muslimahzone.com)
Jawaban:
Sesungguhnya hal terpenting yang harus diperhatikan seorang wanita terhadap calon suaminya ialah keshalehan dan keistiqamahannya. Karena, dengan keistiqamahan suaminya, akan diperoleh kebaikan yang besar. Namun, terkadang ada wanita yang bersemangat membuat suaminya shaleh, tetapi dia menempuh berbagai jalan yang keliru, sehingga malah meninggalkan akibat-akibat yang tidak baik dan sangat beresiko. Kalau begitu, wanita haruslah memiliki kebijakan dan kesabaran, serta bersenjatakan doa kepada Allah Ta’ala.
Berikut ini ada beberapa usulan dan nasehat untukmu:
Untuk memperbaiki suami, terkadang diperlukan waktu yang lama sampai bertahun-tahun, dengan kerja terus menerus tanpa henti untuk memperbaikinya.
Istri harus memulai dari yang terpenting, lalu yang terpenting berikutnya, seperti shalat, barulah kewajiban-kewajiban lainnya. Oleh karena itu, jangan mendahulukan yang tidak wajib atas yang wajib.
Berdakwah kepada suami harus dilakukan secara bertahap.
Jangan bergabung dengan suami dalam melakukan maksiat apa pun. Berdakwah untuk memperbaiki suami, bukanlah alasan untuk melakukan maksiat seperti itu. Tetapi, dengan cara yang halus suruhlah suami memilih tidak melakukan maksiat. Karena bagaimanapun, maksiat adalah hal yang dimurkai Allah.
Gunakan waktu-waktu yang cocok, ketika suami dalam keadaan tenang, umpamanya, untuk menyampaikan nasehat atau bimbingan kepadanya.
Walaupun suami telah menerima seruan istrinya, ia tetap harus menjaga perasaan suami, jangan sampai dia merasa istrinya merendahkannya.
Istri harus senantiasa menjadi teladan yang baik bagi suaminya dalam melakukan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan.
Berupaya mengajak suami berteman dengan teman-teman yang shaleh, baik lewat keluarga ataupun teman-temanmu.
Terkadang baik juga meminta tolong kepada salah seorang kerabat untuk menasehati dan mengarahkan suami.
Syaikh Muhammad bin Abdullah Ad-Duwaisy (situs Al-Murabbi, karya beliau)
Dikutip dari buku Smart Solving Problem Rumah Tangga, edisi bahasa Indonesia “Kullu Musykilah Zaujiyyah Iaha Hall”, karya Nabil Ibnu Muhammad.
(fatima/muslimahzone.com)