Cara Membedakan Bisikan Dari Syetan dan Bisikan Dari Malaikat
Minggu, 27 Desember 2015
Edit
Pertarungan dahsyat antara setan dan malaikat terjadi di dalam diri manusia; setiap waktu, dalam banyak aktivitas, sampai seorang manusia meninggal dunia. Pertarungan dahsyat ini, terjadi antara kebaikan melawan keburukan, pikiran dan hati melawan hawa nafsu, niat beramal dan godaan untuk menunda hingga meninggalkannya, dan wujud-wujud lain yang amat banyak jumlahnya.
“Setan memiliki bisikan untuk manusia,” demikian sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Mas’ud, “begitu juga dengan malaikat.” Itulah pertarungan abadi yang tidak akan pernah berhenti hingga seorang hamba memenangkan setan lalu terjerumus dalam siksa neraka, atau mengikuti dan setia mendukung kebaikan bisikan malaikat dan menikmati jamuan surga yang tiada duanya.
Dalam lanjutan sabdanya ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan bahwa bisikan setan berupa janji keburukan dan dusta terhadap kebenaran. Sebaliknya, bisikan malaikat adalah janji kebaikan dan pembenaran serta dukungan terhadap kebenaran. Amat jauh berbeda, tetapi amat sukar membedakannya.
“Barang siapa mendapatinya (janji kebaikan dan pembenaran terhadap kebenaran),” perintah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “hendaklah ia mengetahuinya bahwa hal itu datangnya dari Allah Ta’ala, dan hendaknya ia memuji-Nya.” Sebaliknya, “Jika ia mendapati selainnya, hendaklah berlindung kepada Allah Ta’ala dari godaan setan nan terkutuk.”
Di dalam hadits yang di-hasan gharib-kan oleh Imam at-Tirmidzi ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengakhiri sabdanya dengan membaca Firman Allah Ta’ala dalam surat al-Baqarah [2]: 268,
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir). Sedangkan Allah menjadikan untukmu ampunan dari-Nya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.”
“Setan,” kata Imam Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini, “menakut-nakuti kalian dengan kemiskinan.” Lantaran takut miskin itulah, seorang hamba berhasrat terhadap dunianya dengan menumpuk harta yang dikaruniakan padanya sehingga enggan menginfaqkannya di jalan Allah Ta’ala.
Selain itu, lanjut beliau menerangkan, “Setan juga menyuruh kalian berbuat maksiat, dosa, melanggar berbagai larangan, dan menyalahi aturan Allah Ta’ala.”
Berkebalikan dari amalan setan itu, Allah Ta’ala menjanjikan ampunan sebagai lawan dari perbuatan jahat yang dibisikkan oleh setan dan karunia yang amat luas bagi kemiskinan yang dijadikan oleh setan sebagai sarana menakut-nakuti umat manusia.
Dari ayat ini juga bisa disimpulkan, “Senantiasalah memohon ampunan kepada Allah Ta’ala atas semua dosa yang kita lakukan, dan teruslah berinfaq di jalan-Nya sebagai jalan untuk mendapatkan karunia-Nya yang amat luas dan wujud syukur atas begitu banyak nikmat yang diberikan.” [Kisahikmah]